Semarang – Penelitian terbaru tentang pengembangan energi terbarukan telah menunjukkan potensi besar turbin angin dengan desain berbentuk pola Fibonacci, yang dapat meningkatkan efisiensi pada kecepatan angin rendah. Penelitian ini dilakukan oleh tim Wahyu Eko Setiawan (Mahasiswa), M. Sawal Baital, S.T., M.T. (Dosen), dan tenaga kependidikan Fitria Herawati.

Turbin angin dengan desain berbentuk spiral Fibonacci dianggap dapat mengoptimalkan pembangkitan energi angin pada kecepatan rendah, yang seringkali menjadi tantangan dalam penggunaan turbin angin konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan teori tersebut melalui aplikasi praktis di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS).

Metode penelitian menggunakan pendekatan studi kasus dengan mengumpulkan data primer melalui survei lapangan dan data sekunder dari studi literatur serta data operasional pelabuhan. Sistem yang dirancang terdiri dari 80 panel surya dengan kapasitas total 32 kW dan 10 unit turbin angin berbentuk Fibonacci berkapasitas masing-masing 2 kW. Sistem hybrid ini direncanakan untuk menghasilkan energi dengan komposisi 80% dari tenaga surya, 10% dari tenaga angin, dan 10% dari PLN.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa turbin dengan desain spiral Fibonacci mampu mencapai efisiensi pembangkitan daya hingga 0,51 pada kecepatan angin 1 Knott. Total produksi energi tahunan dari sistem hybrid ini diperkirakan mencapai 71.369,72 kWh per tahun. Analisis kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa Break Even Point (BEP) sistem ini dapat tercapai dalam waktu 36 tahun.

Dengan hasil ujian teknis dan ekonomis yang positif, sistem hybrid ini dinilai layak untuk diterapkan sebagai solusi energi bersih yang dapat mendukung keberlanjutan operasional Terminal Peti Kemas Semarang, serta memberikan kontribusi positif terhadap pengurangan jejak karbon di Indonesia